A. Thales
Thales adalah seorang filsuf yang
mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales,
pemikiran Yunani dikuasai cara
berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu.
Pemikiran Thales dianggap sebagai
kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala
di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga
dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh
Orang Bijaksana (dalam bahasa
Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga
dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran
filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles
tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama
kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah,
Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).
A.1.
Riwayat Hidup
Thales (624-546
SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di
Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk
mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu
merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para
filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah
seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu
ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia
juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi
terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal
28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia
mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah
menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi
penasihat politik bagi dua belas kota Iona.
A.2.
Pemikirannya
Thales
menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan
dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu
tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi
Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk
hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air
untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat,
cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Selain itu, ia juga mengemukakan
pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang
satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
A.3. Pandangan
tentang Jiwa
Thales
berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya
terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati.
Teori tentang
materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales
didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan
besi.
A.4.
Teorema Thales
Di
dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati
belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales berisi
sebagai berikut:
1.
Sebuah
lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
2.
Sudut
bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
3.
Jika ada
dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan akan
sama.
4.
Sudut yang
terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
5.
Sebuah
segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan
dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
A.5.
Pandangan Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat
kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan
Persia pada
pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan
administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh
Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti
distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia
telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.
B. Anaximandros
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari
Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan
berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang
masih tersimpan hingga kini.
B.1.
Riwayat Hidup
Menurut Apollodorus,
seorang penulis Yunani
kuno, Anaximandros (610-546 SM) telah berumur 63 tahun pada saat Olimpiade
ke-58 yang dilaksanakan tahun 547/546 SM. Karena itu, diperkirakan Anaximandros
lahir sekitar tahun 610 SM. Kemudian disebutkan pula bahwa Anaximandros
meninggal tidak lama setelah Olmpiade tersebut usai, sehingga waktu kematiannya
diperkirakan pada tahun 546 SM.
Menurut tradisi Yunani kuno,
Anaximandros memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan geografi.
Misalnya saja, Anaximandros dikatakan sebagai orang yang pertama kali membuat
peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat dilihat ketika ia memimpin
ekspedisi dari Miletos untuk mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia
di Laut Hitam.
Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari
sederhana yang dinamakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi
kapan terjadi gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena alam
seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk
asal-mula manusia. Kendati ia lebih muda 15 tahun dari Thales, namun ia
meninggal dua tahun sebelum gurunya itu.
B.2.
Pemikirannya
To
Apeiron sebagai prinsip dasar segala
sesuatu
Meskipun Anaximandros merupakan
murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan
gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya
air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan
dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air
bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu, Anaximandros
berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang
empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak
dapat diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar
segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani
a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip
dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi
segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam
jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang
kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga
semua pada akhirnya akan kembali.
B.3.
Pandangan tentang Alam Semesta
Dengan prinsip to apeiron,
Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros,
dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus
berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin
itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku.
Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu
kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian
terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi
dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya,
dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
Mengenai bumi, Thales telah
menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan
pula mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa bumi pada awalnya
dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus, maka
berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu
sebagai laut pada bumi.
B.4.
Pandangan tentang Makhluk Hidup
Mengenai
terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya
bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di
bumi adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti ikan. Karena
panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan. Di
ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang
di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang menjadi makhluk
pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia memerlukan asuhan orang lain
pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik ke
darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi
manusia.
C. Anaximenes
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih
muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros.
Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam,
yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
C.1.
Riwayat Hidup
Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak
yang diketahui. Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM,
sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia diketahui
lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku, dan dari buku tersebut
hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
C.2.
Pemikirannya
Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu
Salah satu
kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang
metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang
metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat
sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali
pada zat yang bersifat fisik yakni udara.
Tidak seperti air yang tidak terdapat
di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua
hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes
berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara adalah zat
yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai
bentuk lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip
"pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction.
Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air,
tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka
yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi
seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan
bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.
C.3.
Tentang Alam Semesta
Pembentukan alam semesta menurut
Anaximenes adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk
air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar,
luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara
sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang,
dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit
tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan
basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang
jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu
malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari
bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan
fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
C.4.
Tentang Jiwa
Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan
udara saja. Buktinya, manusia perlu bernapas untuk mempertahankan hidupnya.
Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia
bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan
jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh
manusiawi dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni
udara. Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan
jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di
dalam Filsafat
Yunani. Akan tetapi,
Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran
filsafatnya.
D. Herakleitos
Herakleitos adalah seorang filsuf yang
tidak tergolong mazhab apapun. Di dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik
dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homerus, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran
filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan berarti ia sama sekali tidak
dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.
Herakleitos diketahui menulis satu buku, namun telah
hilang. Yang tersimpan hingga kini hanya 130 fragmen yang terdiri dari
pepatah-pepatah pendek yang seringkali tidak jelas artinya. Pemikiran
filsafatnya memang tidak mudah dimengerti sehingga ia dijuluki "si
gelap" (dalam bahasa Inggris the obscure).
D.1.
Riwayat Hidup
Herakleitos
diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan
Pythagoras dan Xenophanes, namun lebih muda usianya dari mereka. Akan tetapi,
Herakleitos lebih tua usianya dari Parmenides sebab ia dikritik oleh filsuf
tersebut.
Selain bahwa ia
berasal dari keluarga terhormat di Efesus, tidak ada informasi lain mengenai
riwayat hidupnya, sebab kebanyakan adalah cerita fiksi. Tidak ada sumber yang
menyebutkan bahwa ia pernah meninggalkan kota asalnya, yang pada waktu itu
merupakan bagian dari kekaisaran Persia.
Jika melihat
karya-karya yang ditinggalkannya, tampak bahwa watak Herakleitos sombong dan
tinggi hati. Selain mencela filsuf-filsuf di atas, ia juga memandang rendah
rakyat yang bodoh dan menegaskan bahwa kebanyakan manusia jahat. Selain itu, ia
juga mengutuk warga negara Efesus.
D.2.
Pemikirannya
Segala Sesuatu Mengalir
"Seseorang tidak bisa dua kali masuk ke sungai yang
sama."
Pemikiran
Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam
semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang
bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada,
semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta
rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada
sesuatupun yang tinggal tetap." Perubahan yang tidak ada henti-hentinya
itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara:
·
Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai
yang mengalir. "Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang
sama," demikian kata Herakleitos. Maksudnya di sini, air sungai selalu
bergerak sehingga tidak pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan
yang sebelumnya.
·
Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api.
Maksud api di sini lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan air atau udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Bagi
Herakleitos, api bukanlah zat yang dapat menerangkan perubahan-perubahan segala
sesuatu, melainkan melambangkan gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa
mengubah apa saja yang dibakarnya menjadi abu dan asap, namun api tetaplah api
yang sama. Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan.
Logos
Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat
berjalan dengan teratur karena adanya logos. Pandangan tentang logos
di sini tidak boleh disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos adalah rasio yang
menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu,
termasuk manusia. Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material,
namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Hal ini disebabkan pada masa itu,
belum ada filsuf yang mampu memisahkan antara yang rohani dan yang materi.
Segala Sesuatu Berlawanan
Menurut
Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di
dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa
'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu.' Anaximenes juga memiliki pandangan seperti ini,
namun perbedaan dengan Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan
tersebut sebagai ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa
pertentangan yang ada adalah prinsip keadilan. Kita tidak akan bisa mengenal
apa itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'. Kita tidak akan
mengetahui apa itu 'kehidupan' tanpa adanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga
dihargai karena ada penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti
ini, segala sesuatu terjadi dan tersusun. Herakleitos menegaskan prinsip ini di
dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu."
Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan.
Melalui ajaran
tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan oleh logos,
Herakleitos disebut sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah
filsafat.
E. Parmenides
Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea. Di dalam Mazhab Elea, Parmenides
merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan
Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak
berubah.
Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Ada
ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini. Puisi
Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian. Dua bagian tersebut
masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan
Pendapat". Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara
lengkap, yakni 111 ayat. Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya
tersimpan sebanyak 42 ayat.
E.1.
Riwayat Hidup
Parmenides
lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan. Ia berasal dari keluarga yang kaya dan
terhormat di Elea. Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.
Ia merupakan
murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya.
Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam
menyampaikan filsafatnya. Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh Ameinias, seorang dari mazhab
Pythagorean.
Menurut
kesaksian Plato, Parmenides
pernah mengunjungi Sokrates di Athena bersama Zeno, muridnya. Pada waktu itu, Sokrates masih
muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.
E.2.
Pemikiran tentang "Yang Ada"
Inti utama dari
"Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu
ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang
ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang
ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah,
dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak
tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.
Menurut
Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.
Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat
dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang
dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat
mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu
bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian
pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan
tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan
dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.
Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian
pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama
terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak
ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat
dikatakan ada.
Untuk lebih
memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya
saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang
eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima
sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan
"Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan
suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan
orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada".
Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada"
walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap
sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga
"yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang
ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides
menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.
Setelah
berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga
menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
·
Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak
terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak ada
sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".
·
Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak
dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan
tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang
ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau
"yang tidak ada" dapat menjadi ada.
·
Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada"
itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan
semuanya sama. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga
mengisi semua tempat.
·
Keempat, karena "yang ada" mengisi semua
tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong,
artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang
lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda
bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya
kosong.
E.3.
Pengaruh
Pemikiran Parmenides membuka babak baru
dalam sejarah filsafat
Yunani. Dapat
dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki
"yang ada". Filsafat di masa selanjutnya akan bergumul dengan
masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau
rasio dicocokkan dengan data-data inderawi. Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah
tersebut.
F. Socrates
Socrates (470
SM - 399
SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling
penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan
generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles.
F.1.
Riwayat hidup
Socrates
diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung
dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete
berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya
berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang
perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.
Secara
historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak
pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran
Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.
Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana
Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga
sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana
gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya
muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan
sekali dalam Phaedrus
Socrates dikenal
sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan
berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya
didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang
didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates.
Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut,
dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi
tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia
sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang
membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu
mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang
dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan
gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian
bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak
bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak
karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara
berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena
setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh
masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka
ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian
Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah
tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya
sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat
pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya
dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito,
dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada
satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena.
Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya
Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
F.2.
Filosofi
Peninggalan pemikiran Socrates yang
paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi
absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui
penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat
dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates.
Manusia menjadi objek
filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat
etika dan epistemologis di kemudian hari.
F.3. Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting
bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode
elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji
konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber
etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
G. Plato
Plato (lahir sekitar 427
SM - meninggal
sekitar 347 SM) adalah
seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia,
"negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah peserta
utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah
perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato
meninggal ketika sedang menulis).
G.1. Ciri-ciri Karya-karya Plato
·
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada
masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates
sebagai topik utama karangannya.
·
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam
nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta
membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh
karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling
cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
·
Adanya mite-mite
Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke
dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri
yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk
dialog.
G.2.
Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia
Ide dan Dunia Indrawi
Idea-idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah
pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh
pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh
orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada
di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan
pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas,
nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di
luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua,
idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea
tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui
segala idea yang ada.
Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia yang
mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera
kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada
dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani
ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia Idea
Dunia idea adalah dunia yang hanya
terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea
bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang
indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk
kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan
"kebenaran".
G.3.
Pandangan Plato tentang Karya Seni dan
Keindahan
Pandangan Plato tentang Karya Seni
Pandangan Plato tentang karya seni
dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat
jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya
seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato,
karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis)
dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan
lebih indah daripada yang nyata ini.
Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang
dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus.
Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia
berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam
alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di
dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan
yang lebih rendah.
H. ARISTOTELES
Aristoteles (384
SM-322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid
dari Plato dan guru
dari Alexander yang Agung.
Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi, dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang diantara
tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di
wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya
termasuk wilayah Makedonia tengah)
tahun 384 SM. Ayahnya
adalah tabib pribadi Raja Amyntas
dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20
tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan
menjadi guru bagiAlexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke
Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan
akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan
politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari
Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates.
Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.
Pemikiran
Filsafat
Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar
di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut,
kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum
mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya
yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika,
Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu
alam, ia merupakan
orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara
sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan
dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua
benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak
teleologis.Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada
penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba
pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos,
yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia
menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif(inductive thinking).
Hal
lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah
silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat
dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis).
- Setiap
manusia pasti akan mati (premis mayor).
- Sokrates
adalah manusia (premis minor)
- maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk
politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena
luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi
bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi,
Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan
ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori
retorika dan puisi.
Di bidang seni,
Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme
untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun
atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut
keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya
seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan
estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan
ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan
normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada
perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. aristoteles
juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada
masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa
lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pengaruh
Meskipun
sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan
penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak
teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun
lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk
akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian
ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada
asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat
dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat
dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas
Aquinas di abad ke-13, dengan
teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 –
1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 –
1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap
sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga
dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of
those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar